Tatacara Siraman Calon Mempelai Wanita

Mandi sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Bahkan mungkin tidak bisa dilewatkan barang sehari. Baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Bisa dua atau tiga kali dalam sehari, tergantung kebutuhan panjenengan. Selain untuk kebersihan diri, mandi diperlukan untuk menjaga penampilan.

Mandi dalam bahasa Jawa krama inggil disebut siram. Kegiatan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian tatacara sebelum pernikahan yaitu siraman. Siraman berarti upacara memandikan calon mempelai wanita. Upacara ini dilaksanakan oleh orang tua calon mempelai wanita. Panjenengan bisa melaksanakan siraman pada pagi atau sore menjelang malam Midodareni.

Makna tradisi siraman tidak jauh berbeda dengan tujuan orang mandi pada umumnya. Untuk membersihkan diri dari segala kotoran yang melekat di badan. Itu makna secara fisik. Secara simbolik, siraman bertujuan untuk membersihkan segala kotoran jiwa. Jadi, siraman adalah sarana membersihkan diri lahir batin agar nantinya mendapatkan keturunan yang baik lahir batinnya.

Bedanya, air yang dipakai dalam upacara siraman adalah air tujuh sumber yang berasal dari sumber air bersih alami. Seperti sumur, sendhang, maupun umbul. Air tersebut dicampurkan ke satu wadah besar oleh orang tua calon mempelai wanita. Lalu ditaburi dengan berbagai jenis bunga (kembang setaman) sehingga menjadi harum. Campuran air dan bunga tersebut lalu diambil sedikit ke wadah kecil dan digunakan siraman calon mempelai pria.

Sebelum mulai siraman, calon mempelai wanita sungkem kepada orangtuanya. Setelah itu, meminta doa restu kepada para peraga. Para peraga itu adalah sesepuh ini nantinya juga akan memandikan calon mempelai wanita. Biasanya berjumlah ganjil. Siraman dimulai dari sesepuh yang dianggap paling tua dan dihormati. Urutan terakhir oleh Bapak dari calon mempelai wanita. Masing-masing mengguyurkan air sebanyak tiga gayung.

Dulunya gayung yang dipakai adalah tirisan, yaitu kelapa yang dibelah dua. Bukan cangkang kelapa atau bathok. Bukan juga gayung cangkang kelapa atau siwur. Namun, sekarang panjenengan tidak harus menggunakan tirisan. Gayung yang biasa panjenengan gunakan untuk mandi pun tidak apa-apa. Pakaian yang dipakai calon pengantin saat siraman adalah angkin motif bangun tulak dan nyamping monten (kain putih/ kain pethak).

Ada beberapa rangkaian upacara yang mengiringi siraman yaitu mecah kendhi dan sadeyan dhawet. Setelah siraman, calon mempelai wanita wudhu dari air kendhi yang dikucurkan orang tuanya. Kendhi dan klenthing adalah tempat air yang dibuat dari tanah liat. Setelah memandikan calon mempelai wanita, Bapak melakukan acara mecah kendhi atau mecah klenthing. Ini hanya diperuntukkan apabila calon mempelai wanita masih gadis. Makna dari mecah kendhi adalah simbol bahwa orang tua calon mempelai wanita telah merelakan putrinya melepaskan kegadisannya.

Setelah mecah kendhi, selanjutnya Bapak menggendong calon mempelai wanita sampai ke tempat ganti pakaian. Pakaian setelah siraman untuk calon mempelai wanita adalah kebaya motif bunga, nyamping (kain motif bunga), lalu dilengkapi ukel atau gelungan dan susuk atau tusuk kondhe penyu. Selanjutnya calon mempelai wanita melaksanakan acara potong rambut. Potongan rambut calon mempelai wanita kemudian ditanam.

Setelah upacara siraman selesai, calon mempelai wanita kemudian dihalub-halubi atau dibuatkan cengkorongan paes, yang artinya dibuatkan semacam pola dasar gambar rias untuk paes penganten. Rangkaian upacara siraman calon mempelai wanita ini diakhiri dengan tradisi makan nasi tumpang (sekul tumpang).

Sajian makan siang untuk para tamu ada nasi tumpang, peyek, dan trancam. Makna dari semua itu adalah permohonan untuk kesegaran dan keselamatan. Maka dari itu makanan yang disediakan adalah pangan segar. Makna dari nasi tumpang ini diambil dari kata tumpang yang berarti ditindih, dimana segala kotoran dan hal-hal yang tidak baik telah dibersihkan atau ditindih, maka segera ditindaklanjuti dengan kebaikan-kebaikan.


Tentang Penulis

KPA Winarnokusumo
Wakil Pangageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

No Comments

Leave a Reply