Makna Simbolis Gantal Pada Ubarampe Panggih

Gantal merupakan salah satu ubarampe dalam upacara panggih adat Jawa 1. Gantal, merupakan ubarampe yang dibuat dari daun sirih yang “matemu rose” (bertemu tulang daunnya) dan dilipat membulat/dilinting . Di dalam lintingan daun sirih diberi jambe kemudian diikat dengan benang lawe. Jumlah gantal biasanya 2 atau 4. Maknanya merupakan simbol dari saat waktu yang tepat […]


Ubarampe Panggih

Dalam prosesi adat penganten Jawa, khususnya gaya Surakarta, “panggih” merupakan puncak acara seluruh rangkaian prosesi pernikahan. Dalam prosesi panggih terdapat beberapa “ubarampe” (kelengkapan) yang dilaksanakan saat resepsi pernikahan yang secara batiniah mempunyai makna simbolis sekaligus permohonan kepada Tuhan YME. 1. Gantal, merupakan ubarampe yang dibuat dari daun sirih yang matemu rose dan dilipat membulat/dilinting . […]


Tumplak Ponjen

Tumplak artinya ditumpahkan, diberikan semuanya Ponjen (bukan punjen) artinya celengan, simpanan Secara harafiah berarti simpanan yang diberikan semuanya. Tumplak ponjen dilaksanakan sebagai simbol bahwa yang empunya kerja sudah tidak mempunyai tanggung jawab menikahkan. Artinya dilaksanakan sebagai pertanda mempunyai kewajiban menikahkan yang terakhir. Dalam tradisi ini orang tua secara simbolis memberikan bekal kepada anak cucu yang […]


Tatacara Panggih Penganten Adat Jawa

Panggih artinya bertemu. Artinya “panggih” merupakan puncak dari rangkaian prosesi adat Jawa setelah tatacara akad nikah. Setelah kedua keluarga besar dari penganten sepakat menentukan hari baik untuk melaksanakan”panggih”, maka tatacara ini dilaksanakan di rumah penganten wanita atau kalau di kota di gedung pertemuan. Dalam tradisi Jawa, hari baik ditentukan melalui laku spiritual, biasanya melalui sesepuh […]


Tatacara Bubak Kawah

Tatacara bubak kawah bagi masyarakat Jawa menjadi penting, mempunyai arti yang secara filosofi sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan interaksi sosial di masyarakat. Bubak kawah adalah sebuah tatacara bahwa yang empunya hajat mantu yang pertama kali (wanita), tidak harus anak pertama. Bagi sebagian daerah, tatacara ini dilaksanakan pada saat resepsi. Sebenarnya tatacara ini dilaksanakan pada saat acara […]


Upacara Majemukan

Upacara Majemukan dilaksanakan tengah malam di Malem Midodareni. Wujudnya adalah selamatan (wilujengan) dan tirakatan. Intinya adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar semua rangkaian upacara pernikahan yang diniatkan pemangku hajat dikaruniai keselamatan dari awal hingga akhir. Pada upacara adat pernikahan di Karaton Surakarta, hanya dilakukan upacara jonggolan dan majemukan saja. Upacara turunnya Kembar mayang […]


Upacara Turunnya Kembar Mayang

Kembar Mayang merupakan perabot yang penting dalam rangkaian upacara perkawinan adat Jawa. Kembar Mayang paling tidak memiliki tiga makna simbolis. Pertama, sebagai ubarampe yang meneguhkan tujuan hidup manusia, terutama yang akan berumah tangga. Kedua sebagai simbol otoritas Tuhan yang dipinjamkan kepada pemangku hajat. Ketiga sebagai sarana mempelajari ilmu kasampurnan atau ilmu kesempurnaan hidup. Kembar Mayang […]


Upacara Jonggolan

Jonggolan itu istilahnya tunjuk muka. Berasal dari kata jonggol yang berarti memperlihatkan diri. Upacara jonggolan ini ditandai dengan kedatangan calon mempelai pria ke rumah calon mertua di Malem Midodareni untuk memberitahukan bahwa, 1. Calon mempelai pria masih dalam kondisi baik dan selamat selama disengker 2. Calon mempelai pria menunjukkan kesiapannya untuk dinikahkan esok harinya. Sehingga […]


Tatacara Midodareni

Midodareni atau malam midodareni adalah sebutan rangkaian upacara yang diadakan di rumah calon mempelai wanita pada malam hari menjelang upacara nikah dan pangih di esok harinya. Inti dari acara ini adalah malam dimana orang tua memberikan wejangan kepada calon mempelai wanita mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga dan suami istri. Di masa […]


Tatacara Sengkeran

Di lingkungan Karaton, calon mempelai pasti disengker setelah siraman. Disengker disebut juga dipingit. Jadi calon mempelai tidak boleh keluar dari kamar. Ibaratnya calon mempelai dikarantina. Hal itu dilakukan, karena biasanya gadis yang sudah siraman akan tampak lebih bersinar. Dikhawatirkan bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti hilangnya calon mempelai wanita menjelang hari pernikahan. Tradisi Jawa […]